Mengatasi motion sickness pada anak selama perjalanan darat maupun laut adalah kunci agar liburan keluarga tetap menyenangkan tanpa drama — karena di tengah harapan akan petualangan seru, banyak orang tua menghadapi mimpi buruk tak terduga: anak tiba-tiba mual, pucat, menangis, lalu muntah di mobil atau kapal; membuktikan bahwa motion sickness (mabuk perjalanan) bukan sekadar gangguan ringan, tapi kondisi fisiologis yang disebabkan ketidaksesuaian sinyal antara mata, telinga bagian dalam (vestibular system), dan otak; bahwa anak-anak lebih rentan karena sistem vestibular mereka masih berkembang; dan bahwa tanpa persiapan, satu jam perjalanan bisa berubah menjadi trauma bagi anak dan stres besar bagi orang tua. Dulu, banyak yang mengira “anak muntah = karena makan terlalu banyak sebelum berangkat”. Kini, semakin banyak dokter anak dan orang tua menyadari bahwa mabuk perjalanan bisa terjadi meski perut kosong, dan bahwa faktor utamanya adalah gerakan tidak teratur (tanjakan, tikungan, ombak), kurangnya sirkulasi udara, serta penggunaan gadget saat bergerak; bahwa membiarkan anak main tablet saat naik mobil justru memperparah gejala karena matanya fokus pada layar diam, sementara tubuh merasakan gerakan; dan bahwa dengan strategi tepat — mulai dari posisi duduk, pola makan, hingga stimulasi visual — motion sickness bisa dicegah atau setidaknya dikurangi intensitasnya. Banyak dari mereka yang rela memilih rute lebih panjang tapi minim tikungan, membawa camilan khusus, atau bahkan menunda keberangkatan hanya untuk memastikan anak cukup istirahat sebelum perjalanan — karena mereka tahu: jika anak nyaman, maka semua anggota keluarga bisa menikmati perjalanan; jika anak stres, maka liburan bisa berantakan di menit-menit pertama. Yang lebih menarik: beberapa maskapai penerbangan dan perusahaan kapal feri kini menyediakan “travel sickness kit” gratis yang berisi ginger candy, air mineral, dan kantong muntah untuk penumpang keluarga.
Faktanya, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Katadata, dan survei 2025, lebih dari 60% anak usia 2–12 tahun pernah mengalami motion sickness saat bepergian, dan 9 dari 10 orang tua mengaku stres saat anak muntah di kendaraan umum. Namun, keluarga yang menerapkan strategi pencegahan melaporkan penurunan gejala hingga 70%. Banyak peneliti dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan FKUI membuktikan bahwa “konsumsi jahe 30 menit sebelum perjalanan dapat mengurangi mual dan muntah pada anak dengan efektivitas setara obat resep ringan”. Beberapa aplikasi parenting seperti Halodoc, Baby+, dan Orami mulai menyediakan fitur “Travel Checklist for Kids” dengan tips khusus motion sickness. Yang membuatnya makin kuat: mengatasi motion sickness bukan soal memberi obat semata — tapi soal memahami tubuh anak, menghormati batasannya, dan menciptakan pengalaman perjalanan yang aman dan nyaman. Kini, merawat anak saat bepergian bukan lagi reaksi darurat — tapi bagian dari perencanaan liburan yang matang.
Artikel ini akan membahas:
- Apa itu motion sickness dan mengapa anak lebih rentan
- Gejala umum pada anak
- Faktor pemicu: mobil, kapal, udara, gadget
- Strategi pencegahan: posisi, makanan, aktivitas
- Obat & solusi alami yang aman
- Perbedaan penanganan darat vs laut
- Panduan bagi orang tua baru, ibu hamil, dan caregiver
Semua dibuat dengan gaya obrolan hangat, seolah kamu sedang ngobrol dengan teman yang dulu gagal liburan karena anak muntah, kini justru bangga bisa bilang, “Anak saya tidur pulas sepanjang perjalanan!” Karena keberhasilan perjalanan sejati bukan diukur dari seberapa jauh kamu pergi — tapi seberapa tenang kamu merasa saat sampai di tujuan.
Apa Itu Motion Sickness? Penyebab dan Mengapa Anak Lebih Rentan?
ASPEK | PENJELASAN |
---|---|
Definisi | Ketidaknyamanan fisik akibat gerakan kendaraan (mobil, kapal, pesawat) |
Penyebab | Konflik sinyal: mata lihat diam, tubuh rasakan gerakan → otak bingung |
Lokasi di Tubuh | Sistem vestibular di telinga bagian dalam |
Usia Rentan | 2–12 tahun (sistem vestibular belum matang) |
Sebenarnya, motion sickness bukan karena lemah, tapi karena sistem saraf sedang belajar.
Tidak hanya itu, bisa membaik seiring usia.
Karena itu, harus dipahami, bukan diabaikan.

Gejala Umum pada Anak: Dari Mual hingga Menangis Tanpa Alasan Jelas
GEJALA | DESKRIPSI |
---|---|
Pucat & Berkeringat Dingin | Kulit wajah pucat, tangan dingin |
Mual & Muntah | Tiba-tiba minta stop mobil, muntah tanpa makan berlebihan |
Lesu & Rewel | Tidak mau main, menangis, ingin tidur padahal baru berangkat |
Enggan Melihat Layar | Menolak tablet atau HP karena tambah pusing |
Sebenarnya, gejala muncul dalam 5–30 menit setelah perjalanan dimulai.
Tidak hanya itu, bisa cepat memburuk.
Karena itu, waspada sejak awal.
Faktor Pemicu: Mobil Berliku, Kapal Bergoyang, dan Kurangnya Sirkulasi Udara
🛣️ 1. Perjalanan Darat
- Tikungan tajam, tanjakan turunan, kemacetan
- Udara pengap, AC terlalu dingin
Sebenarnya, jalan berliku di pegunungan sangat rawan picu mabuk.
Tidak hanya itu, butuh antisipasi ekstra.
Karena itu, persiapkan jauh hari.
⚓ 2. Perjalanan Laut
- Ombak besar, kapal bergoyang, ruang tertutup
- Bau bahan bakar & makanan di dek
Sebenarnya, perjalanan laut lebih intens karena gerakan multidimensi.
Tidak hanya itu, sulit kontrol lingkungan.
Karena itu, pilih waktu & rute bijak.
📱 3. Penggunaan Gadget
- Main game, nonton YouTube → fokus mata statis, tubuh bergerak
- Picu konflik sensorik lebih cepat
Sebenarnya, main gadget = salah satu pemicu utama motion sickness.
Tidak hanya itu, mudah dicegah.
Karena itu, hindari selama 30 menit pertama.
Strategi Pencegahan: Posisi Duduk, Pola Makan, dan Aktivitas Saat Perjalanan
🪑 1. Posisi Duduk yang Tepat
- Mobil: Duduk di baris tengah, hadap ke depan, lihat pemandangan jauh
- Kapal: Pilih dek tengah, dekat jendela, hindari bawah dek
Sebenarnya, posisi duduk menentukan seberapa cepat gejala muncul.
Tidak hanya itu, mudah diatur.
Karena itu, prioritas utama.
🍽️ 2. Pola Makan Sebelum Perjalanan
- Makan ringan 1–2 jam sebelum berangkat (roti, pisang, biskuit)
- Hindari makanan berminyak, pedas, atau terlalu manis
Sebenarnya, perut terlalu penuh atau kosong sama-sama berisiko.
Tidak hanya itu, makanan memengaruhi sistem cerna.
Karena itu, atur dengan bijak.
🎧 3. Aktivitas yang Aman
- Dengarkan musik, dongeng audio, atau bernyanyi bersama
- Main tebak-tebakan pemandangan (tanpa gadget)
Sebenarnya, stimulasi pendengaran & verbal lebih aman daripada visual.
Tidak hanya itu, mempererat hubungan keluarga.
Karena itu, sangat direkomendasikan.
Obat dan Solusi Alami yang Aman untuk Anak
🌿 1. Jahe (Ginger)
- Bentuk: permen jahe, teh jahe, kapsul anak
- Dosis: 1–2 gram, 30 menit sebelum perjalanan
Sebenarnya, jahe telah digunakan selama ribuan tahun sebagai antiemetic alami.
Tidak hanya itu, aman untuk anak >2 tahun.
Karena itu, wajib dicoba.
💊 2. Obat Resep (Atas Anjuran Dokter)
- Dimenhydrinate (Dramamine), Meclizine
- Hanya untuk anak >6 tahun, dosis sesuai berat badan
Sebenarnya, obat bisa efektif, tapi punya efek samping (kantuk, mulut kering).
Tidak hanya itu, harus diresepkan.
Karena itu, gunakan seperlunya.
🍬 3. Permen Mint atau Lemon
- Bantu segarkan mulut, kurangi rasa mual
- Bisa dikunyah pelan saat mulai merasa tidak nyaman
Sebenarnya, rasa asam-manis bisa distraksi otak dari rasa mual.
Tidak hanya itu, praktis.
Karena itu, selalu siapkan.
Perbedaan Penanganan antara Perjalanan Darat dan Laut
ASPEK | PERJALANAN DARAT | PERJALANAN LAUT |
---|---|---|
Durasi Gejala | Biasanya reda setelah turun dari mobil | Bisa bertahan beberapa jam, bahkan setelah turun |
Sirkulasi Udara | Bisa buka jendela | Terbatas, terutama di bawah dek |
Gerakan | Maju-mundur & samping | Naik-turun, goyang, putar |
Solusi Utama | Jahe, hindari gadget, posisi tengah | Duduk di dek atas, fokus ke horizon, istirahat di tempat teduh |
Sebenarnya, perjalanan laut lebih kompleks, butuh persiapan lebih matang.
Tidak hanya itu, risiko lebih tinggi.
Karena itu, jangan remehkan.
Penutup: Bukan Hanya Soal Obat — Tapi Kepedulian, Persiapan, dan Kesabaran Orang Tua
Mengatasi motion sickness pada anak selama perjalanan darat maupun laut bukan sekadar daftar obat dan posisi duduk — tapi pengakuan bahwa sebagai orang tua, kamu bukan hanya pengemudi atau penumpang, tapi penjaga kenyamanan, pengamat gejala, dan pelindung emosional anakmu; bahwa detik-detik saat dia mulai pucat, saat tangisnya pecah karena mual, saat dia meminta “Ayah, tolong hentikan mobil” — adalah momen di mana kasih sayang dan kesiapan bertemu; dan bahwa mengatasi motion sickness bukan soal menghindari muntah, tapi soal memastikan bahwa anak merasa aman, didengar, dan dilindungi selama perjalanan.
Kamu tidak perlu jadi dokter untuk melakukannya.
Cukup persiapkan dengan baik, waspada gejala awal, dan tenang saat terjadi — langkah sederhana yang bisa mengubah perjalanan dari mimpi buruk menjadi kenangan indah.

Karena pada akhirnya,
setiap kali kamu berhasil cegah mual, setiap kali anak bisa tertidur nyenyak di mobil, setiap kali dia tersenyum melihat pemandangan tanpa muntah — adalah bukti bahwa kamu tidak hanya pandai merencanakan, tapi benar-benar peduli; tidak hanya ingin pergi — tapi ingin semua merasa nyaman.
Akhirnya, dengan satu keputusan:
👉 Jadikan kenyamanan anak sebagai prioritas, bukan gangguan
👉 Investasikan di persiapan, bukan hanya di destinasi
👉 Percaya bahwa kesabaran dan kasih sayang adalah obat terbaik
Kamu bisa menjadi bagian dari generasi orang tua yang tidak hanya sibuk — tapi juga hadir; tidak hanya ingin produktif — tapi ingin menciptakan masa kecil yang penuh petualangan tanpa trauma.
Jadi,
jangan anggap mabuk perjalanan hanya masalah kecil.
Jadikan sebagai tantangan: bahwa dari setiap antisipasi, lahir ketenangan; dari setiap camilan jahe yang dibawa, lahir kesiapan; dan dari setiap “Alhamdulillah, anak saya tidak muntah selama perjalanan” dari seorang ibu, lahir bukti bahwa dengan sedikit ilmu dan banyak cinta, kita bisa menjadikan setiap perjalanan sebagai petualangan yang menyenangkan — bukan ujian yang menakutkan.
Dan jangan lupa: di balik setiap “Alhamdulillah, saya akhirnya paham cara cegah motion sickness” dari seorang orang tua, ada pilihan bijak untuk tidak menyerah, tidak mengabaikan, dan memilih bertanggung jawab — meski harus belajar dari nol, gagal beberapa kali, dan rela menunda liburan demi memastikan kenyamanan anak.
Karena keberhasilan perjalanan sejati bukan diukur dari seberapa jauh kamu pergi — tapi seberapa tenang kamu merasa saat sampai di tujuan.
Sebenarnya, alam tidak butuh kita.
Tentu saja, kita yang butuh alam untuk bertahan hidup.
Dengan demikian, menjaganya adalah bentuk rasa syukur tertinggi.
Padahal, satu generasi yang peduli bisa mengubah masa depan.
Akhirnya, setiap tindakan pelestarian adalah investasi di masa depan.
Karena itu, mulailah dari dirimu — dari satu keputusan bijak.