Suplemen vitamin c perlu dikonsumsi setiap hari atau saat sakit menjadi pertanyaan umum di kalangan masyarakat. Di tengah tren hidup sehat dan peningkatan kesadaran akan sistem imun, banyak orang langsung membeli vitamin C saat flu, batuk, atau musim pancaroba. Namun, apakah perlu mengonsumsinya setiap hari? Atau cukup saat tubuh sedang lemah?
Faktanya, menurut Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 2024, 70% masyarakat mengonsumsi vitamin C secara rutin, meskipun tidak tahu dosis yang tepat atau sumber alaminya. Banyak yang menganggap vitamin C sebagai “obat” pencegah sakit, padahal tubuh manusia tidak bisa menyimpan vitamin C dalam jumlah besar, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urine.
Artikel ini akan membahas:
- Kenapa vitamin C begitu populer
- Fungsi utama vitamin C bagi tubuh
- Sumber alami yang lebih baik dari suplemen
- Manfaat dan risiko konsumsi harian
- Rekomendasi dosis dari ahli
- Perlukah konsumsi harian atau hanya saat sakit
- Panduan praktis untuk keluarga
Semua dibuat untuk membantu kamu mengambil keputusan sehat berdasarkan ilmu, bukan mitos atau iklan.
Kenapa Vitamin C Jadi Suplemen Paling Populer di Masyarakat?
Beberapa alasan utama:
- Dikaitkan langsung dengan imunitas → banyak dikonsumsi saat pandemi dan musim flu
- Mudah didapat dan murah → tersedia di apotek, warung, hingga pasar
- Efek instan yang dirasakan → segar, tidak lesu, cepat sembuh
- Iklan dan media sosial → banyak influencer promosikan vitamin C
- Tanpa resep dokter → bebas dibeli siapa saja
Sebenarnya, popularitas vitamin C tidak salah — tapi perlu dipahami secara ilmiah agar tidak berlebihan.
Tentu saja, vitamin C memang penting, tapi bukan solusi ajaib untuk semua penyakit.

Fungsi Utama Vitamin C bagi Tubuh
Vitamin C (Asam Askorbat) bukan sekadar penambah imun.
Ia punya peran vital dalam tubuh:
FUNGSI | PENJELASAN |
---|---|
Meningkatkan sistem imun | Meningkatkan produksi sel darah putih dan fungsi antioksidan |
Antioksidan alami | Melawan radikal bebas yang merusak sel |
Pembentukan kolagen | Penting untuk kulit, tulang, gigi, dan penyembuhan luka |
Meningkatkan penyerapan zat besi | Terutama dari makanan nabati |
Menjaga kesehatan pembuluh darah | Mencegah kerusakan kapiler dan perdarahan gusi |
Mengurangi kelelahan | Membantu metabolisme energi |
Sebenarnya, tubuh manusia tidak bisa memproduksi vitamin C sendiri — jadi harus didapat dari makanan atau suplemen.
Sumber Alami Vitamin C yang Lebih Baik dari Suplemen
Vitamin C alami dari buah dan sayur lebih baik daripada suplemen, karena:
- Dikemas dengan serat, air, dan nutrisi pendukung
- Tidak mengandung pengisi atau bahan tambahan
- Risiko overdosis sangat rendah
MAKANAN | KANDUNGAN VITAMIN C (PER 100G) |
---|---|
Jambu biji | 230 mg |
Paprika merah | 190 mg |
Kakadu plum (impian) | 2.907 mg (tertinggi di dunia) |
Jeruk | 53 mg |
Strawberry | 59 mg |
Brokoli | 89 mg |
Kale | 120 mg |
Sebenarnya, 2 buah jambu biji saja sudah memenuhi kebutuhan vitamin C harian.
Tidak hanya itu, kamu juga dapat serat dan antioksidan tambahan.

Manfaat Mengonsumsi Suplemen Vitamin C
Suplemen vitamin C bermanfaat dalam kondisi tertentu:
KONDISI | MANFAAT |
---|---|
Defisiensi vitamin C (skorbut) | Mengatasi kelelahan, gusi berdarah, luka lambat sembuh |
Perokok aktif | Kebutuhan vitamin C 30–50% lebih tinggi |
Stres kronis atau kurang tidur | Membantu tubuh pulih lebih cepat |
Pasca operasi atau cedera | Mempercepat penyembuhan jaringan |
Diet terbatas (vegan, alergi makanan) | Menggantikan asupan dari makanan |
Tentu saja, suplemen sangat membantu jika asupan alami tidak mencukupi.

Risiko Mengonsumsi Vitamin C Berlebihan
Meski larut dalam air, vitamin C berlebihan tetap berbahaya:
RESIKO | PENJELASAN |
---|---|
Diare dan mual | Dosis >2.000 mg/hari bisa menyebabkan gangguan pencernaan |
Batuk ginjal | Kelebihan oksalat dari metabolisme vitamin C |
Interaksi obat | Bisa mengganggu kerja obat kanker, antikoagulan, atau estrogen |
Rebound effect | Tubuh bisa “malas” menyerap vitamin C alami jika terlalu sering minum suplemen |
Sebenarnya, tubuh hanya bisa menyerap 200–400 mg vitamin C per hari secara optimal.
Sisanya akan dikeluarkan, artinya konsumsi di atas batas tidak memberi manfaat tambahan.

Rekomendasi Dosis Harian dari IDI dan WHO
KELOMPOK | DOSIS HARIAN |
---|---|
Dewasa | 75–90 mg/hari (wanita 75 mg, pria 90 mg) |
Ibu hamil | 85 mg/hari |
Ibu menyusui | 120 mg/hari |
Perokok | +35 mg/hari |
Anak-anak (4–13 tahun) | 25–45 mg/hari |
Maksimal aman (Tolerable Upper Intake) | 2.000 mg/hari |
Catatan:
- 1 buah jeruk = ~50 mg vitamin C
- 1 paprika merah = ~190 mg
- 1 tablet vitamin C = biasanya 500–1.000 mg
Tentu saja, konsumsi harian di atas 1.000 mg tidak disarankan tanpa konsultasi dokter.
Perlukah Dikonsumsi Setiap Hari atau Cuma Saat Sakit?
1. Boleh Dikonsumsi Setiap Hari Jika:
- Kamu perokok, stres, atau pekerja keras
- Pola makan tidak seimbang (jarang makan buah/sayur)
- Sedang dalam masa pemulihan
- Dokter menyarankan karena defisiensi
2. Tidak Perlu Harian Jika:
- Kamu makan buah dan sayur cukup setiap hari
- Tidak merokok dan hidup sehat
- Tidak sedang sakit atau stres berat
Kesimpulan ilmiah:
👉 Tidak perlu minum suplemen vitamin C setiap hari jika asupan alami mencukupi.
👉 Cukup saat kebutuhan meningkat atau asupan makanan kurang.
Sebenarnya, tubuh lebih suka vitamin C dari makanan alami.
Tidak hanya itu, konsumsi berlebihan justru bisa membebani ginjal