Batasi gula saat liburan dampaknya terhadap energi dan mood anak adalah peringatan penting bagi jutaan orang tua yang ingin liburan keluarga tetap menyenangkan — tanpa drama, tangisan, dan perilaku ekstrem dari anak karena konsumsi gula berlebihan. Dulu, banyak yang mengira “liburan = bebas makan apa saja”, termasuk es krim, permen, dan minuman bersoda. Kini, semakin banyak orang tua menyadari bahwa lonjakan gula darah bisa membuat anak hiperaktif, mudah marah, cepat lelah, dan bahkan mengalami tantrum hebat — bukan karena “nakal”, tapi karena tubuhnya kewalahan mengolah gula. Banyak pengalaman pahit: anak yang ceria di pagi hari tiba-tiba menangis di malam hari, atau rewel sepanjang perjalanan karena “kecapekan”, padahal seharian hanya jalan-jalan dan makan manis. Yang lebih menarik: setelah gula dikurangi, banyak orang tua melaporkan perubahan drastis: anak lebih tenang, tidur lebih nyenyak, dan mood lebih stabil.
Faktanya, menurut Kementerian Kesehatan RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan survei Katadata 2025, anak Indonesia mengonsumsi gula rata-rata 3–4 kali lipat dari batas aman WHO (maks 25 gram/hari), terutama saat liburan. Banyak makanan dan minuman “keluarga” yang dijual di destinasi wisata — seperti es kepal, bubble tea, dan jus kemasan — mengandung 50–80 gram gula per porsi. Yang membuatnya makin berbahaya: gula tidak hanya memengaruhi gigi dan berat badan — tapi juga otak, emosi, dan pola tidur anak. Kini, dokter anak makin gencar mengedukasi orang tua tentang pentingnya membatasi gula, bahkan saat liburan.
Artikel ini akan membahas:
- Kenapa gula jadi masalah saat liburan
- Dampak pada energi anak (hiper → lelah)
- Dampak pada mood (rewel, marah, tantrum)
- Sumber gula tersembunyi
- Tips sehat untuk orang tua
- Alternatif makanan manis yang lebih baik
- Panduan bagi keluarga & pemula
Semua dibuat dengan gaya obrolan hangat, seolah kamu sedang ngobrol dengan teman yang dulu biarkan anak makan es krim 3x sehari saat liburan, kini jadi orang tua yang paham nutrisi dan mood anak. Karena liburan yang menyenangkan bukan yang bebas aturan — tapi yang seimbang dan damai untuk semua anggota keluarga.
Kenapa Gula Jadi Masalah saat Liburan Keluarga?
Beberapa alasan utama:
- Liburan identik dengan “hadiah” dan “kebebasan” → anak boleh makan apa saja
- Banyak jajanan manis di destinasi wisata → es krim, permen, minuman bersoda, bubble tea
- Orang tua lelah & ingin cepat tenang → kasih permen agar anak diam
- Tidak ada rutinitas makan seperti di rumah → jam makan tidak teratur, banyak camilan
- Anak lebih aktif, jadi dianggap “butuh energi ekstra”
Sebenarnya, liburan bukan alasan untuk lepas kendali — tapi kesempatan mengajarkan kebiasaan sehat di luar rumah.
Tidak hanya itu, gula berlebihan justru bikin anak lebih cepat lelah.
Karena itu, perlu batasan, meski sedang liburan.

Dampak Gula terhadap Energi Anak: Dari Hiper hingga Lelah Mendadak
Saat anak makan makanan tinggi gula:
- Gula masuk darah cepat → lonjakan energi (hiperaktif)
- Pankreas memproduksi insulin berlebihan → gula darah turun drastis
- Anak jadi lelah, lesu, pusing, bahkan mengantuk
Proses ini disebut “sugar crash”, dan terjadi dalam 30–60 menit setelah makan gula.
Gejala yang Sering Muncul:
- Anak tiba-tiba hiper, lari-lari, tidak bisa diam
- 1 jam kemudian: lesu, menangis, ingin tidur
- Sulit fokus saat aktivitas edukatif
- Tidur siang terganggu
Sebenarnya, bukan anak yang “nakal” — tapi tubuhnya sedang stres karena fluktuasi gula darah.
Tidak hanya itu, kondisi ini bisa terjadi berkali-kali dalam sehari.
Karena itu, penting mengenali polanya.
Dampak terhadap Mood: Mengapa Anak Jadi Mudah Marah dan Rewel?
Selain energi, gula juga memengaruhi keseimbangan neurotransmitter di otak.
Dampaknya:
- Gula tinggi ganggu produksi serotonin → mood tidak stabil
- Peradangan otak ringan → sulit berkonsentrasi, mudah overstimulasi
- Gangguan tidur → anak tidur tidak nyenyak, bangun malam
- Kecanduan gula → jika tidak dapat, anak bisa tantrum
Banyak orang tua salah kaprah:
“Anak rewel karena capek.”
Padahal, bisa jadi karena gula yang dia makan 2 jam lalu.
Sebenarnya, mood anak sangat sensitif terhadap pola makan.
Tidak hanya itu, gula bukan “penghibur” — tapi pemicu ketidakseimbangan.
Karena itu, batasi gula = investasi ketenangan liburan.

Sumber Gula Tersembunyi di Makanan & Minuman Saat Liburan
MAKANAN/MINUMAN | KANDUNGAN GULA (PER PORSI) | CATATAN |
---|---|---|
Es Kepal Milo | 60–80 gram | Sering dianggap “hanya cokelat” |
Bubble Tea | 50–70 gram | Topping tapioka = gula tinggi |
Jus Kemasan | 40–50 gram | “100% jus” belum tentu tanpa gula tambahan |
Yoghurt Minum | 20–30 gram | Banyak yang tidak sadar |
Sereal Manis | 15–25 gram per mangkuk | Sering jadi sarapan anak |
Minuman Bersoda | 35–45 gram per botol | Satu botol = 2x batas harian anak |
Sebenarnya, banyak makanan “tampak sehat” justru kaya gula tersembunyi.
Tidak hanya itu, label kadang membingungkan.
Karena itu, baca komposisi dan pilih yang rendah gula.
Tips Sehat untuk Orang Tua: Cara Batasi Gula Tanpa Membuat Anak Merajuk
1. Tetapkan Aturan Jelas dari Awal
- Contoh: “Kamu boleh makan es krim 1x sehari, pilih waktu yang tepat”
- Libatkan anak dalam aturan agar mereka merasa punya kendali
Sebenarnya, anak lebih kooperatif jika tahu aturannya sejak awal.
Tidak hanya itu, konsistensi = keberhasilan.
Karena itu, jangan berkompromi saat anak merajuk.
2. Berikan Pilihan yang Lebih Sehat
- Ganti es krim dengan es buah atau smoothie
- Ganti permen dengan buah potong atau kurma
- Bawa camilan sehat dari rumah
Sebenarnya, anak tidak butuh gula — tapi butuh rasa manis dan pengalaman menyenangkan.
Tidak hanya itu, alternatif sehat bisa jadi favorit baru.
Karena itu, ajak anak mencoba.
3. Hindari Gula Saat Perut Kosong
- Jangan kasih permen saat anak lapar
- Beri makanan berprotein dulu (roti telur, sandwich)
Sebenarnya, gula di perut kosong bikin lonjakan lebih ekstrem.
Tidak hanya itu, makanan berprotein bikin kenyang lebih lama.
Karena itu, atur urutan makan.
4. Ajarkan Anak Membaca Label
- Tunjukkan bahwa “gula” bisa muncul sebagai: fruktosa, sirup jagung, sukrosa
- Latih mereka memilih yang rendah gula
Sebenarnya, ini adalah edukasi nutrisi sejak dini.
Tidak hanya itu, anak jadi lebih mandiri.
Karena itu, mulai dari usia 5 tahun.
5. Jadikan Sebagai Proses, Bukan Larangan Total
- Tidak perlu larang 100% — tapi batasi
- Fokus pada keseimbangan, bukan sempurna
Sebenarnya, larangan total bisa picu keinginan lebih besar.
Tidak hanya itu, liburan tetap harus menyenangkan.
Karena itu, bijak dan fleksibel.
Alternatif Manis yang Lebih Sehat: Dari Buah hingga Smoothie
ALTERNATIF | MANFAAT |
---|---|
Buah Potong (semangka, melon, jeruk) | Manis alami, kaya serat & air |
Smoothie Buah + Susu/Almond Milk | Kaya nutrisi, bisa dikontrol gulanya |
Yoghurt Tawar + Madu Sedikit + Buah | Probiotik baik untuk pencernaan |
Kurma atau Kurma Medjool | Manis alami, kaya zat besi & serat |
Es Buah Campur (tanpa sirup) | Segar, bisa dibuat sendiri |
Sebenarnya, rasa manis alami dari buah cukup memuaskan anak.
Tidak hanya itu, mereka mendapat nutrisi tambahan.
Karena itu, ganti perlahan, bukan langsung.
Penutup: Liburan Bukan Alasan untuk Lepas Kendali — Tapi Kesempatan Mengajarkan Kebiasaan Sehat
Batasi gula saat liburan dampaknya terhadap energi dan mood anak bukan sekadar larangan — tapi bukti bahwa orang tua bisa menyeimbangkan kebahagiaan anak dengan kesehatan jangka panjang.
Kamu tidak perlu jadi ahli gizi untuk berkontribusi.
Cukup batasi camilan manis, bawa alternatif sehat, dan ajak anak memilih dengan bijak.

Karena pada akhirnya,
setiap kali anak memilih es buah daripada es krim, itu adalah kemenangan kecil dalam membangun kebiasaan sehat yang akan menemani seumur hidupnya.
Akhirnya, dengan satu keputusan:
👉 Batasi gula, tapi tetap beri kebahagiaan
👉 Ajarkan anak memilih yang sehat
👉 Jadikan liburan sebagai kelas nutrisi alami
Kamu bisa menjadi bagian dari generasi orang tua yang tidak hanya membesarkan anak — tapi juga membekali mereka dengan kebiasaan hidup sehat.
Jadi,
jangan anggap batasi gula sebagai larangan membosankan.
Jadikan sebagai bentuk cinta yang terencana.
Dan jangan lupa: di balik setiap senyum anak yang puas makan buah, ada orang tua yang memilih kesehatan daripada kemudahan.
Karena kebiasaan sehat dimulai dari satu keputusan bijak — terutama saat liburan.
Sebenarnya, alam tidak butuh kita.
Tentu saja, kita yang butuh alam untuk bertahan hidup.
Dengan demikian, menjaganya adalah bentuk rasa syukur tertinggi.
Padahal, satu generasi yang peduli bisa mengubah masa depan.
Akhirnya, setiap tindakan pelestarian adalah investasi di masa depan.
Karena itu, mulailah dari dirimu — dari satu keputusan bijak.